Fatimatuz Zahro, M.P.d.I

Guru Al Qur'an Hadis di MTs N 1 Batam & Pengajar Tahfizh di Ma'had Baitul Qur'an Batam...

Selengkapnya
Navigasi Web
Moderasi Beragama Jualan Menag Fahrul Razi

Moderasi Beragama Jualan Menag Fahrul Razi

Moderasi Beragama: Jualan Menteri Agama Fachrul Razi

Tantangan Hari ke-9

#TantanganGurusiana

Kedatangan Menag RI di Batam yang pertama kalinya pada 21 Januari 2020, dimanfaatkan untuk pembinaan seluruh ASN Kemenag se-wilayah Kepri. Selain ASN, hadir juga tokoh masyarakat lintas agama (Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu), pimpinan ponpes, tokoh pemuda dan undangan lainnya. Agenda utama adalah peresmian berbagai gedung do Kepri, di antaranya gedung asrama terpadu MTs N 1 Batam.

Dalam kesempatan berkumpulnya para tokoh agama & ASN,  menag menuturkan bahwa di mana-mana dirinya  sedang  menggencarkan moderasi beragama. "Saya sedang berjualan moderasi beragama,"begitu mengawali pidatonya.  Moderasi beragama, berarti menjalankan agama tidak dengan cara kekerasan. Yang dimoderasikan cara beragamanya, bukan agamanya. Berkali-kali beliau menekankan poin ini. Maklum..kesalahan pemaknaan bisa berakibat fatal.  Bagaimana seharusnya manusia berhubungan dengan manusia lain. Bagaimana menjaga hubungan tetap rukun sesama anak negeri, dan tidak saling mengolok-olok yang berbeda dengan kita. Negara bisa maju bila umat saling hidup rukun. Sehingga slogan HAB ke-74 tahun ini adalah Umat Rukun, Indonesia Maju. 

Pesan yang saya tangkap dari arahan Pak Menag adalah ASN harus menjadi garda depan untuk menjaga persatuan dan kesatuan, jangan malah merecoki pemerintah. Jika tidak sepakat, silakan mundur dari ASN. 

Ada hal yang menggelitik bagi saya, saat ada audiens yang mempermasalahkan cara pak Menag melafazhkan "li ta'arofu". Berbincang dengan audiens lain di samping saya, dikatakan tdk pas cara melafazhkan. Mencoba mendamaikan suasana, saya katakan...Ro dibaca Ra...itu logat daerah Pak.  Audiens tadi mendengarnya Ra  dibaca La. Ooh..tidak pak, berulang saya katakan. Tidak salah huruf, hanya kurang pas pelafazhan saja. Toh beliau tidak menyitir ayat, hanya mengadopsi satu lafazh berbahasa Arab.

Saya berkesimpulan...inilah yang banyak dilakukan masyarakat. Mempersalahkan hal yang tidak substansial dan jadi topik "recehan". Marilah tetap positif thinking terhadap hal yang jelas-jelas positif, tanpa melihat siapa yang mengucapkan. "Lihatlah apa yang diucapkan jangan melihat siapa yang mengucapkan". Damailah NKRI. 

 

Salam Literasi,

Batam, 23 Januari 2020

By Faza

 

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post